Minggu, 23 November 2008

" NASIHAT DARI SEORANG TEMAN "

Kemuliaan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauhmana kita menjalani kehidupan yang berkualitas dan bermanfaat bagi orang lain”.
(Barbara Brown Taylor)

“Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran serta dosa kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari 'sumur' (kesedihan, masalah, dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri, pikiran, dan hati kita dan melangkah naik dari 'sumur' dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan”.
[Taubat]

“Orang yang tamak dan ingin serba lebih biasanya malah akan kehilangan segalanya”.
[Tamak]

“Bahwa ilmu yang banyak tidak selamanya menjamin keselamatan di dunia ini. Namun ilmu yang sedikit dan bisa diamalkan pada saat yang tepat bila dibutuhkan akan lebih berharga dari pada ilmu yang banyak namun tidak dapat diaplikasikan ketika dibutuhkan. Pelajaran lain adalah janganlah kita menganggap remeh orang lain yang mungkin ilmunya sedikit. Bisa jadi ilmu yang sedikit itu mampu menyelamatkan ia dari bencana”
[Berkah Ilmu]

”Terkadang kita merasa hidup kita membosankan, tidak seindah yang kita inginkan. Kita melihat hidup kita berupa rangkaian rutinitas yang harus kita jalani. Bangun pagi, pergi bekerja, pulang sore, tidur, bangun pagi, pergi belajar, pulang sore, tidur. Itu saja yang kita jalani setiap hari. Padahal di balik rutinitas hidup kita, ada banyak hal yang dapat memperkaya hidup kita. Setiap saat yang kita lewati, hanya bisa kita alami satu kali seumur hidup kita. Setiap detik yang kita jalani, hanya berlaku satu kali dalam hidup kita. Setiap detik adalah pemberian baru dari Allah untuk kita. Akankah kita menyia-nyiakannya dengan terpaku pada rutinitas? Akankah kita membiarkan waktu berlalu dengan merasa hidup kita tidak seperti yang kita inginkan?”.

"Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila antara sahabat terjadi sesuatu kebajikan sekecil apa pun, kita harus memahatnya di atas batu hati kita agar tetap terkenang tidak hilang tertiup waktu."

KELUARGAKU TERSAYANG 2...

Tak terasa waktu terus berjalan, aku sudah lulus SMK,dan orang tuaku masih ada satu tanggungan lagi yaitu adikku yang masih sekolah, keadaan pun sudah berubah, kami sekeluarga juga tidak selalu berkumpul seperti dahulu waktu kami masih anak-anak. Kami sudah berpisah-pisah, aku dan adikku ada di kota Palembang, abang dan kakak perempuanku yang ketiga merantau jauh ke kota Padang, kakak perempuanku yang kedua memang tinggal dikampung yang sama dengan orangtua ku, tapi dia tidak tinggal di rumah orangtuaku, kakakku itu mengontrak rumah, tak terlalu jauh dari rumah abah.
Dan sekarang ibu dan abah tinggal berdua dirumah.

Jarak dari kampung ke kota Palembang cukup jauh, kurang lebih empat jam lamanya perjalanan, aku dan adikku di Palembang tinggal bersama dengan nyai(begitu kami memanggilnya), nyai adalah adik dari nenek kandungku,,
Alhamdulillah kami tidak membayar uang kost, karena nyai tahu kalau abah dan ibu bukanlah oran berada, kami sering membantu-bantu saja,,misalnya adikku setiap pagi tugasnya mencuci mobil, membuang sampah dsb, kalau aku tugasnya memasak, mencuci piring dsb, alhamdulillah keluarga nyai sangat baik kepada kami, yai(suami nyai) pun baik kepada kami, yai sering dipanggil pak Haji oleh teman-temannya, adikku juga tidak jarang di beri uang oleh yai.

Orangtuaku tidak setiap bulan ke Palembang untuk menjenguk kami, kadang-kadang dua bulan sekali, tapi pernah juga sebulan sekali, kalau ke Palembang orang tuaku sering membawa oleh-oleh dari kampung, kami senang sekali kalau abah atau ibu datang ke Palembang, biasanya mereka menginap satu malam di Palembang, kemudian besoknya mereka pulang lagi ke kampung, mereka tidak bisa berlama-lama di kota, karena di kampung banyak sekali pekerjaan yang menunggu mereka, seperti mengurus kebun dsb.

Dalam satu tahun kami hanya dua kali balik kampung, yaitu liburan semester dan lebaran idul fitri, idul adha pun kami tak pernah balik kampung, masalahnya karena ongkos balik kampungnya lumayan besar, jadi untuk mengurangi pengeluaran kami hanya diperbolehkan dua kali dalam setahun balik kampung.

Karena sekarang aku sudah lulus sekolah, aku jadi sering di rumah saja, jarang keluar rumah, setiap hari aku membaca Koran untuk mencari lowongan perkerjaan, sudah banyak sekali aku memasukkan lamaran pekerjaan, mulai dari lowongan kerja di rumah makan, di toko dll, mungkin sudah dua puluh kali aku memasukkan lamaran perkerjaan, sedangkan mengantar lamaran itu tidak gratis, belum biaya ongkosnya, biaya fotocopy surat-surat,dll. Alhamdulillah masa itu aku di beri suatu perkerjaan yaitu jadi babysister cucunya nyai, karena ibunya sering kekampus untuk kuliah jadi aku yang menjaganya, dengan begitu aku bisa mendapatkan uang untuk melamar perkerjaan tadi, masa itu orangtuaku tidak pernah ke Palembang lagi karena orang tuaku di kampung juga sedang kekurangan, kami hanya bertanya khabar melalui sepucuk surat yang dititipkan kepada keluarga yang hendak ke Palembang. Masa itu kami tak ada handphone, jadi satu-satunya cara yaitu dengan sepucuk surat.

Ternyata masa itu orang tuaku sudah tidak bersawah lagi, mereka bilang mereka tak sanggup lagi mengurus sawah, sedangkan mereka sudah semakin tua,jadi mereka hanya mengurus kebun sahaja.

Alhamdulillah masa itu aku sudah lulus sekolah, jadi tidak perlu membayar uang sekolah lagi, sedangkan adikku tidak hanya sekolah, tetapi dia sudah ada perkerjaan, karena yai adalah ketua pengurus mesjid dekat rumah, kebetulan bapak yang biasa membersihkan mesjid itu sudah sangat tua, dan dia tidak sanggup lagi untuk membersihkan mesjid, jadi yai memutuskan kalau adikku saja yang membersihkan mesjid, karena adikku sekolahnya siang jadi kalau pagi-pagi dia membersihkan mesjid, alhamdulillah dengan begitu dia bisa membiayai sekolahnya sendiri, aku bangga dengan adikku itu, kalau lebaran idul fitri dia sering menjadi amil zakat, dan dengan begitu dia juga mendapatkan uang, terkadang dia cerita kalau dia sering di kasih uang sama bapak-bapak yang sering ke mesjid, mungkin bapak itu ingin bersodaqoh kepada adikku itu.