Minggu, 26 April 2009

jiwa yang ingin kembali...

di suatu masa...
saat aku masih tenggelam dalam arus duniawi
yang tak lagi peduli akan nasib diri
yang tak lagi takut akan azab yang sedang menanti
terombang-ambing mencari jati diri

kelalaian-kelalaian terus ku lakukan
kesia-siaan jadi rutinitas harian
syari'at-Mu kuremehkan
perintah-Mu ku abaikan
larangan-Mu tak kuhiraukan

hingga kemurahan-Mu menghampiriku
Engkau angkat aku dari jurang kebodohan
Engkau kenalkan aku dengan indahnya ilmu
Engkau rengkuh aku dalam nikmatnya hidayah-Mu
hingga sempat kucicipi manisnya iman
kelezatan tak terkira dalam cinta-Mu

Ya Robbi...
dengan tergopoh aku berlari menuju pintu-Mu
dengan berurai air mata kumengemis ampunan-Mu
dengan hati yang hancur ku bersimpuh di hadapan-Mu

Ya Allah...
ampuni aku yang kembali terlena
terbuai rasa aman yang melalaikan
tertipu oleh secuil dunia yang melenakan
hingga dosa-dosa kembali kuremehkan
syukur makin jarang ku senandungkan
do'a tak lagi jadi kidung di setiap malam

Ya Allah...
kini kusadar telah menuai buahnya
lantunan ayat suci tak lagi menyentuh hati
untaian nasihat tak lagi menggugah jiwa
dzikir bukan lagi penggetar hati
bila diri ini merasa suci
tak ada lagi kemuliaan yang dimiliki

Ya ilahi..
tak kutemukan jalan selain jalan-Mu
tak kulihat pilihan kecuali kembali pada-Mu
tunduk terhina di hadapan-Mu...

Senin, 20 April 2009

DETIK-DETIK AKHIR KEHIDUPAN RASULULLAH SAW
Mar 9, '09 1:07 PMfor everyone

Sebuah kisah yang menceritakan detik-detik terakhir wafatnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Manusia yang paling dicinta. Sebuah kisah yang menggambarkan cinta sang rasul yang sangat mengagumkan dan menggetarkan dada orang-orang yg beriman.

Menjelang beliau wafat, beliau melakukan haji terakhir yang disebut sebagai haji wada’ (haji perpisahan).
Saat beliau melakukan ibadah tersebut turunlah firman Allah SWT yg artinya:”Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan nitmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS.al-Maidah:3)
Maka menangislah Abu Bakar as shiddiq ra.
Bersabdalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kepadanya:
“Apa yg membuatmu menangis dalam ayat tersebut?”
Abu Bakar ra menjawab:” Ini adalah berita kematian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.”
Kembalilah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dari haji wada’ dan kurang dari tujuh hari wafat beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam,


turunlah ayat al-Qur’an paling akhir yg artinya:
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yg terjadi pada) hari yg pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yg sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS.al-Baqarah:281).


Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mulai menampakkan sakit beliau. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berkata:”Aku ingin mengunjungi syuhada ‘Uhud”, maka beliaupun berangkat pagi menuju syuhada ‘Uhud di awal-awal bulan Shafar tahun 11 H. Lalu berdiri diatas makam para syuhada dan berkata:
” Assalamu’alaikum wahai syhada ‘Uhud, kalian adalah orang-orang yang mendahului kami dan kami insya Allah akan menyusul kalian, dan sesungguhnya aku, insya Allah akan menyusul kalian.”


Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam pulang sambil menangis. Maka para sahabat bertanya kepada Rasululah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Apa yang membuat anda menangis wahai Rasulullah ?
” Beliau bersabda: ” Aku merindukan saudara-saudaraku seiman.”
Mereka berkata:” Bukahkah kami adalah saudaramu seiman wahai Rasulullah?”
Beliau bersabda:” Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku, adapun saudara-saudaraku seiman adalah suatu kaum yg datang setelahku, mereka beriman kepadaku sedang mereka belum pernah melihatku.”


Saya berdoa kepada Allah SWT mudah-mudahan kita semua termasuk mereka yg dirindukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.
Pada hari senin 29 Shafar beliau menghadiri jenazah di Baqi’. Ketika pulang beliau merasakan pusing di kepala dan panas badannya meninggi. Maka beliaupun mulai sakit dan terus bertambah sakit.


Selama sakitnya itu beliau tetap memimpin shalat selama 11 hari dari 13 atau 14 hari masa sakit beliau. Sejak kamis malam, 4 hari sebelum wafat beliau, pada waktu shalat Isya’, beliau meminta agar Abu Bakar ra menggantikannya dalam memimpin shalat.

Tiga hari sebelum beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam wafat, sakit beliau mulai mengeras. Beliau saat itu berada dirumah Sayyidah Maimunah ra.
Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:” Kumpulkanlah istri-istriku.” Maka berkumpullah istri-istri beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda kepada mereka:” Apakah kalian mengizinkan aku untuk tinggal di rumah ‘Aisyah?” Maka mereka menjawab:” Kami mengizinkan anda wahai Rasulullah.”


Kemudian beliau berkeinginan untuk berdiri, akan tetapi beliau tidak mampu. Datanglah ‘Ali ibn Abi Thalib, dan al-Fadl ibn al-‘Abbas ra. Maka merekapun membopong Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, lalu mereka memindahkan beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dari kamar Maimunah ra menuju kamar ‘Aisyah ra.

Adapun para sahabat ra, baru pertama kali ini mereka melihat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dibopong di atas dua tangan. maka berkumpullah para sahabat ra dan mereka berkata:” Apa yang terjadi pada Rasulullah, apa yang terjadi pada Rasulullah?”
Mulailah manusia berkumpul di dalam masjid. Masjidpun mulai penuh dengan para sahabat ra.
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dibawa menuju rumah ‘Aisyah ra.
Mulailah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mencucurkan keringat, berkeringat dan berkeringat.


Berkatalah ‘Aisyah ra:”Sungguh belum pernah aku melihat ada seorang manusia yg berkeringat deras seperti ini.” Maka dia mengambil tangan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan dengannya dia mengusap keringat beliau.
(Maka mengapakah dia mengusap keringat dg tangan beliau dan tidak mengusapnya dengan tangannya sendiri?)
‘Aisyah ra berkata:” Sesungguhnya tangan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam lebih lembut dan lebih mulia daripada tanganku, oleh karena itulah aku mengusap keringat beliau dengan tangan beliau dan tidak dengan tanganku.” (ini adalah sebuah penghormatan terhadap Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam)
‘Aisyah ra berkata:”Aku mendengar beliau berkata:”Laa Ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu memiliki sekarat, Laa Ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu memiliki sekarat.”
Mulailah suara-suara didalam masjid meninggi.
Bersabdalah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:”Apa ini?”
Berkatalah ‘Aisyah ra: “Sesungguhnya manusia mengkhawatirkan anda wahai Rasulullah.”
Beliaupun bersabda: ”Bawalah aku kepada mereka.” Maka beliau berkehendak untuk bangun, akan tetapi tidak mampu. maka para sahabat menyiramkan tujuh qirbah (timba) air kepada beliau hingga beliau bangkit, dan membawa neliau naik ke atas mimbar.


Jadilah khutbah tersebut adalah khutbah terakhir beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, menjadi kalimat terakhir Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan doa terakhir Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.
Beliau bersabda:” Wahai manusia, kalian mengkhawatirkan aku?”
Mereka menjawab:” Ya, wahai Rasulullah.”
Bersabdalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:”Sesungguhnya tempat perjanjian kalian dengan aku bukanlah di dunia, tempat perjanjian kalian denganku adalah di haudh (telaga). Demi Allah, sungguh seakan-akan aku sekarang sedang melihat kepadanya di depanku ini.


Wahai manusia, demi Allah, tidaklah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi yang aku khawatirkan adalah dibukanya dunia atas kalian, sehingga kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya, sebagaimana orang-orang sebelum kalian telah berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Maka dunia itu akan membinasakan kalian sebagaimana dia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.”

Kemudian beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:”Allah Allah, shalat, Allah Allah, shalat.” (maksudnya; Aku bersumpah demi Allah terhadap kalian agar kalian menjaga shalat) beliau terus mengulang-ulangnya, lantas bersabda:” Wahai manusia, bertakwalah kalian terhadap kaum wanita, aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik terhadap kaum wanita.”

Kemudian beliau bersabda:” Wahai manusia, sesungguhnya ada seorang hamba, yang Allah SWT telah memberikan pilihan kepadanya antara dunia dan antara apa yang ada di sisi-Nya, maka dia memilih apa yang ada di sisi-Nya.”
Tidak ada yang memahami siapakah yang dimaksud dengan seorang hamba oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tadi, padahal yang dimaksud oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi


Wassalam adalah diri beliau sendiri.
Allah SWT telah memberikan pilihan kepada beliau dan tidak ada seorangpun yang paham selain Abu Bakar ra.
Dan kebiasaan para sahabat ra, saat beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sedang berbicara adalah mereka diam, seakan-akan ada seekor burung yang bertengger di atas kepala mereka.

Maka saat Abu Bakar ra mendengar perkataan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dia tidak mampu menguasai dirinya, dengan serta merta dia menangis dengan sesengukan, dan ditengah masjid dia memotong pembicaraan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dia berkata:
”Kami tebus anda dengan bapak-bapak kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan ibu-ibu kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan harta-harta kami wahai Rasulullah.” dia mengulang-ulangnya, sementara para sahabat ra melihat kepadanya dg pandangan heran, bagaimana dia berani memotong khutbah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam?”

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda :”Wahai manusia, tidak ada seorangpun diantara kalian yg memiliki keutamaan di sisi kami melainkan kami telah membalasnya, kecuali Abu Bakar, aku tidak mampu membalasnya, maka aku tinggalkan balasannya kepada Allah SWT. Setiap pintu masjid ditutup kecuali pintu Abu Bakar ra tidak akan di tutup selamanya.”

Kemudian mulailah beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berdo’a untuk mereka dan berkata pada akhir do’a beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sebelum wafat:
” Mudah-mudahan Allah menetapkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian, mudah-mudahan Allah menolong kalian, mudah-mudahan Allah meneguhkan kalian, mudah-mudahan Allah menguatkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian.”

Dan kalimat terkahir yang beliau sampaikan sebelum beliau turun dari atas mimbar sambil menghadapkan wajah beliau kepada ummat dari atas mimbar adalah:
” Wahai manusia sampaikanlah salamku kpd orang yg mengikutiku diantara ummatku hingga hari kiamat.”


Setelah itu beliaupun dibawa kembali ke rumah beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.
Masuklah Abdurrahman ibn Abu Bakar, dan ditangannya ada sebatang siwak. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam terus melihat kearah siwak tersebut, tetapi tidak mampu berkata aku menginginkan siwak.
‘Aisyah ra berkata:”Aku paham dari pandangan kedua mata beliau, bahwa beliau menginginkan siwak tersebut. Maka aku ambil siwak itu darinya (yakni Abdurrahman ibn Abu Bakar), kemudian aku letakkan dimulutku, agar aku melunakkannya untuk Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, kemudian aku berikan siwak tersebut kepada beliau.


Maka sesuatu yang paling akhir masuk ke dalam perut Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam adalah air ludahku.”
‘Aisyah ra berkata: ”Termasuk sebuah keutamaan dari Rabb-ku atasku adalah Dia telah mengumpulkan antara air ludahku dg air ludah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sebelum beliau wafat.”


Kemudian masuklah putri beliau Fathimah ra pada waktu dhuha di hari Senin 12 Rabi’ul awal 11 H, lalu dia menangis saat masuk kamar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Dia menangis karena biasanya setiap kali dia masuk menemui Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau berdiri dan menciumnya di antara kedua matanya, akan tetapi sekarang beliau tidak mampu berdiri untuknya.

Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda kepadanya:” Mendekatlah kemari wahai Fathimah.”
Beliaupun membisikkan sesuatu di telinganya, maka dia pun menangis. Kemudian beliau bersabda lagi untuk kedua kalinya:” Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu sekali lagi, maka dia pun tertawa.


Maka setelah kematian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, mereka bertanya kepada Fathimah ra: “Apa yg telah dibisikkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kepadamu sehingga engkau menangis, dan apa pula yang beliau bisikkan hingga engkau tertawa?” Fathimah ra berkata:” Pertama kalinya beliau berkata kepadaku:” Wahai Fathimah, aku akan meninggal malam ini.” Maka akupun menangis. Maka saat beliau mendapati tangisanku beliau kembali berkata kepadaku:” Engkau wahai Fathimah, adalah keluargaku yg pertama kali akan bertemu denganku.” Maka akupun tertawa.


Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memanggil Hasan dan Husain, beliau mencium keduanya dan berwasiat kebaikan kepada keduanya. Lalu Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memanggil semua istrinya, menasehati dan mengingatkan mereka. Beliau berwasiat kpd seluruh manusia yg hadir agar menjaga shalat. Beliau mengulang-ulang wasiat itu.

Lalu rasa sakitpun terasa semakin berat, maka beliau bersabda:” Keluarkanlah siapa saja dari rumahku.”
Beliau bersabda:” Mendekatlah kepadaku wahai ‘Aisyah!” Beliaupun tidur di dada istri beliau ‘Aisyah ra. ‘Aisyah ra berkata:” Beliau mengangkat tangan beliau seraya bersabda:” Bahkan Ar-Rafiqul A’la bahkan Ar-Rafiqul A’la.” Maka diketahuilah bahwa disela-sela ucapan beliau, beliau disuruh memilih diantara kehidupan dunai atau Ar-Rafiqul A’la.

Masuklah malaikat Jibril as menemui Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam seraya berkata:” Malaikat maut ada di pintu, meminta izin untuk menemuimu, dan dia tidak pernah meminta izin kepada seorang pun sebelummu.”
Maka beliau berkata kepadanya:” Izinkan untuknya wahai Jibril.”
Masuklah malaikat Maut seraya berkata:” Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah mengutusku untuk memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu dengan Allah di Akhirat.”


Maka Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:” Bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la (Teman yg tertinggi), bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la, bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu :para nabi, para shiddiqiin, orang-orang yg mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah rafiq (teman) yg sebaik-baiknya.”

‘Aisyah ra menuturkan bahwa sebelum Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam wafat, ketika beliau bersandar pada dadanya, dan dia mendengarkan beliau secara seksama, beliau berdo’a:
“Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku pada ar-rafiq al-a’la. Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la, Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la.”


Berdirilah malaikat Maut disisi kepala Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam- sebagaimana dia berdiri di sisi kepala salah seorang diantara kita- dan berkata:” Wahai roh yg bagus, roh Muhammad ibn Abdillah, keluarlah menuju keridhaan Allah, dan menuju Rabb yg ridha dan tidak murka.”

Sayyidah ‘Aisyah ra berkata:”Maka jatuhlah tangan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dan kepala beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.”


Dia ra berkata:”Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yg disana ada para sahabat, dan kukatakan:” Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.”

Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid. Ali bin Abi Thalib ra terduduk karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan ra seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kanan dan kekiri. Adapun Umar bin al-Khaththab ra berkata:” Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya dg pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa as pergi untuk menemui Rabb-Nya.”

Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar ra, dia masuk kpd Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, memeluk beliau dan berkata:”Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.” Kemudian dia mencium Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan berkata : ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”

Keluarlah Abu Bakar ra menemui manusia dan berkata:” Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.”
Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku menangis sendiri.”


Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah orang yg paling mulia, orang yg paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari. semoga shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi kiat tercinta Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Ya Allah, berikanlah rizqi kepada kami, syafaat kekasih kami Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan satu teguk air yg menyegarkan dari haudh (telaga) beliau dg tangan beliau yg mulia.

Minggu, 19 April 2009

yang kita lupakan dalam menuntut ilmu....



Penulis: Ustadz Said Yai Ardiansyah (Mahasiswa Fakultas Hadits, Jami’ah Islamiyah Madinah, Saudi Arabia)


Bertahun-tahun sudah kita luangkan waktu kita untuk menuntut ilmu. Suka duka yang dirasakan juga begitu banyak. Mengingat masa lalu terkadang membuat kita tersenyum, tertawa dan terkadang membuat kita menangis. Inilah kehidupan yang harus kita jalani. Kehidupan sebagai seorang thalibul’ilmi. Akan tetapi, mungkin kita sering melupakan, apakah ilmu yang kita dapatkan adalah ilmu yang bermanfaat ataukah sebaliknya.

Penulis teringat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh seorang sahabat yang bernama Zaid bin Arqam radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا

Artinya: “Ya Allah. Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah merasa kenyang dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR Muslim No. 6906 dan yang lainnya dengan lafazh-lafazh yang mirip)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja, yang dijamin oleh Allah untuk menjadi pemimpin Bani Adam di hari akhir nanti, sangat sering mengulang doa-doa ini, apalagi kita, yang sangat banyak berlumuran dosa, sudah seharusnya selalu membacanya.

Mengetahui ciri-ciri ilmu yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat sangatlah penting. Oleh karena itu, berikut ini penulis sebutkan beberapa ciri ilmu yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat yang penulis ambil dari kitab Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali yang berjudul Bayan Fadhli ‘Ilmissalaf ‘ala ‘Ilmilkhalaf.

Ciri-ciri ilmu yang bermanfaat di dalam diri seseorang:

1. Menghasilkan rasa takut dan cinta kepada Allah.

2. Menjadikan hati tunduk atau khusyuk kepada Allah dan merasa hina di hadapan-Nya dan selalu bersikap tawaddu'.

3. Membuat jiwa selalu merasa cukup (qanaah) dengan hal-hal yang halal walaupun sedikit yang itu merupakan bagian dari dunia.

4. Menumbuhkan rasa zuhud terhadap dunia.

5. Senantiasa didengar doanya.

6. Ilmu itu senantiasa berada di hatinya.

7. Menganggap bahwa dirinya tidak memiliki sesuatu dan kedudukan.

8. Menjadikannya benci akan tazkiah dan pujian.

9. Selalu mengharapkan akhirat.

10.Menunjukkan kepadanya agar lari dan menjauhi dunia. Yang paling menggiurkan dari dunia adalah kepemimpinan, kemasyhuran dan pujian.

11.Tidak mengatakan bahwa dia itu memiliki ilmu dan tidak mengatakan bahwa orang lain itu bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah dan ahlussunnah. Sesungguhnya dia mengatakan hal itu karena hak-hak Allah, bukan untuk kepentingan pribadinya.

12.Berbaik sangka terhadap ulama-ulama salaf (terdahulu) dan berburuk sangka pada dirinya.

13.Mengakui keutamaan-keutamaan orang-orang yang terdahulu di dalam ilmu dan merasa tidak bisa menyaingi martabat mereka.

14.Sedikit berbicara karena takut jika terjadi kesalahan dan tidak berbicara kecuali dengan ilmu. Sesungguhnya, sedikitnya perkataan-perkataan yang dinukil dari orang-orang yang terdahulu bukanlah karena mereka tidak mampu untuk berbicara, tetapi karena mereka memiliki sifat wara’ dan takut pada Allah Ta'ala.

Adapun ciri-ciri ilmu yang tidak bermanfaat di dalam diri seseorang:

1. Ilmu yang diperoleh hanya di lisan bukan di hati.

2. Tidak menumbuhkan rasa takut pada Allah.

3. Tidak pernah kenyang dengan dunia bahkan semakin bertambah semangat dalam mengejarnya.

4. Tidak dikabulkan doanya.

5. Tidak menjauhkannya dari apa-apa yang membuat Allah murka.

6. Semakin menjadikannya sombong dan angkuh.

7. Mencari kedudukan yang tinggi di dunia dan berlomba-lomba untuk mencapainya.

8. Mencoba untuk menyaing-nyaingi para ulama dan suka berdebat dengan orang-orang bodoh.

9. Tidak menerima kebenaran dan sombong terhadap orang yang mengatakan kebenaran atau berpura-pura meluruskan kesalahan karena takut orang-orang lari darinya dan menampakkan sikap kembali kepada kebenaran.

10.Mengatakan orang lain bodoh, lalai dan lupa serta merasa bahwa dirinya selalu benar dengan apa-apa yang dimilikinya.

11.Selalu berburuk sangka terhadap orang-orang yang terdahulu.

12.Banyak bicara dan tidak bisa mengontrol kata-kata.

Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, “Di saat sekarang ini, manusia boleh memilih apakah dia itu ridha untuk dikatakan sebagai seorang ulama di sisi Allah ataukah dia itu tidak ridha kecuali disebut sebagai seorang ulama oleh manusia di masanya. Barang siapa yang merasa cukup dengan yang pertama, maka dia akan merasa cukup dengan itu…

Barang siapa yang tidak ridha kecuali ingin disebut sebagai seorang ulama di hadapan manusia, maka jatuhlah ia (pada ancaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)

Artinya: “Barang siapa yang menuntut ilmu untuk menyaing-nyaingi para ulama, mendebat orang-orang bodoh atau memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya, maka dia itu telah mempersiapkan tempat duduknya dari neraka.” (*)

Maraji’:Bayan Fadhli ‘Ilmissalaf ‘ala ‘Ilmilkhalaf oleh Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali, Dar Al-Basya’ir Al-IslamiahShahih Muslim, Dar As-SalamSunan At-Tirmidzi, Maktabah Al-Ma’arif

Sumber: muslim.or.id

Minggu, 12 April 2009

pengalaman pertamaku....

ini lah pengalaman pertamaku...
awal mulanya..ana ingin sekali menghadiri kajian salaf..
tapi masalahnya...karena ana baru 1 tahun di kota ini..
jadi belum begitu banyak teman-teman akhwat...
ana cari-cari informasi kajian salaf di kota padang..
akhirnya ketemu juga...^_^
bahagia sekali rasanya...
ana cari yg jadwalnya agak sore..biar ana bisa minta izin pulang cepat...
ana putuskan untuk ikut kajian setiap hari sabtu...
yah...tak sabar rasanya menunggu hari sabtu..
ketika hari itu tlah tiba..
dengan semangat 45..ku ayunkan kaki menuju Masjid Darul Ulum...
tiba di lokasi???
kok sepi....???
apa nggak ada acara yah!!!ana bertanya dlm hati...
waduh...
tapi ana coba beranikan diri...masuk masjid..
dan ternyata..ada beberapa akhwat yg sdg liqo'an...
ana ikut nimbrung disana...ana tanya...ternyata hari sabtu disana memang nggak ada acara apa-apa...
huh...ada sedikit perasaan kecewa...
tp daripada ana nggak dapat ilmu sama sekali...
lebih baik ana ikut liqo' jg disana..mendengarkan tausiyah dr murabbiyah..
besoknya...
ana cari-cari lagi di internet...
ternyata semua jadwalnya sama...
ana jg sempat bingung...gimana nih...
akhirnya...karena pertolongan Allah...
setelah ana cari-cari di internet..ana menemukan nomr contact panitia kajian...
langsung ana catat nomernya...
langsung ana telpon...
masyaAlloh...
ternyata benar....
jadwal yang ana baca itu ternyata dh lama..
sekarang sdh di ganti dgn jadwal yg baru...
hmm...
ana sedikit lega...
langsung saja ana tanya jadwalnya...
dan beliau kasih tau buka saja webnya di www.dareliman.or.id
langsung saja ana lihat situsnya...
yah...ana cari jadwal yg cocok buat ana..agar tidak mengganggu jam kerja..
alhamdulillah...akhirnya ana menemukan jadwal yg cocok..
hari rabu...
hari rabu tiba...
ana minta izin sama bos pulang cepat...
tiba di Masjid Darul Ulum...
ana lihat...lah,kok sepi sekali...
ana masuk lewat pintu belakang....
masyaAlloh...
ana lihat ada akhwat pakai purdah...
subhanallah...ana langsung tanya sm kakak tu...
alhamdulillah...ternyata memang benar..hari ini ada ta'limnya..
hmm...bahagia sekali rasanya...
berkumpul bersama dgn akhwat berpurdah dan berjilbab lebar...^_^
banyak sekali ilmu yg ana dapatkan...
hari ini membahas tentang kitab bulughul maraam...
alhamdulillah...
terima kasih ya Allah...
mudah-mudahan ana tetap istiqomah di jalan-Mu...
dalam mencari ilmu yg syar'i...
yah...semua ini berkat pertolongan Allah...
ana di pertemukan dgn majelis ta'lim yg insya Allah bermanhaj ahlusunnah wal jama'ah...
tak sabar lagi rasanya...
menunggu hari rabu dan hari kamis tiba...^_^

Minggu, 15 Maret 2009

Kunci Zuhud....

Aku tahu .….... rezeky ku tak mungkin diambil orang lain,

Karenanya hatiku tenang …………….

Aku tahu ……… amal-amalku tak mungkin dilakukan orang lain,

Maka aku sibukkan diriku untuk beramal …………

Aku tahu ……. Allah selalu melihatku,


karenanya aku malu bila Allah mendapatiku melakukan maksiat …………

Aku tahu …….. kematian menantiku,

Maka kupersiapkan bekal untuk berjumpa dengan Rabbku.

Hiasi Dirimu dengan Malu....

Semoga Allah Ta’ala senantiasa merahmatimu,saudariku…

Malu...

demikianlah nama sebuah sifat yang sangat lekat ketika kita berbicara tentang wanita. Maka beruntunglah engkau saudariku ketika Allah menciptakanmu dengan sifat malu yang ada pada dirimu! Karena apa? Hal ini tidak lain karena malu adalah bagian dari iman.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati seorang Anshar yang sedang menasehati saudaranya karena sangat pemalu, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Biarkan dia karena rasa malu adalah bagian dari Iman.” (HR. Bukhari Muslim)

Hakikat rasa malu itu adalah sebuah akhlak yang memotivasi diri untuk meninggalkan hal-hal yang buruk dan membentengi diri dari kecerobohan dalam memberikan hak kepada yang berhak menerimanya. Seorang muslimah akan menjauhkan dirinya dari larangan Allah dan selalu menaati Allah disebabkan rasa malunya kepada Allah yang telah memberikan kebaikan padanya yang tidak terhitung.

Perintah yang Dibawa oleh Setiap Nabi...

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya di antara yang didapat manusia dari kalimat kenabian terdahulu ialah: Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu.” (HR. Bukhari)

Yang dimaksud dengan “kalimat kenabian terdahulu” ialah bahwa rasa malu merupakan akhlaq yang terpuji dan dipandang baik, selalu diperintahkan oleh setiap nabi dan tidak pernah dihapuskan dari syari’at para nabi sejak dahulu.Dalam hadits ini disebutkan, “Jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sesukamu.”
Kalimat ini mengandung 3 pengertian, yaitu:
1. Berupa perintah: Jika perbuatan tersebut tidak mendatangkan rasa malu, maka lakukanlah. Karena perbuatan yang membuat rasa malu jika diketahui orang lain adalah perbuatan dosa.
2.Berupa ancaman dan peringatan keras: Silahkan kamu melakukan apa yang kamu suka, karena azab sedang menanti orang yang tidak memiliki rasa malu. Berbuat sesuka hati, tidak peduli dengan orang lain.
3.Berupa berita: Lakukan saja perbuatan buruk yang kamu tidak malu untuk melakukannya.

Malu? Siapa yang punya?.....

Sifat malu ada dua macam, yaitu:
1. Malu yang merupakan watak asli manusia
Sifat malu jenis ini telah menjadi fitrah dan watak asli dari seseorang. Allah menganugerahkan sifat malu seperti ini kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Memiliki sifat malu seperti ini adalah nikmat yang besar, karena sifat malu tidak akan memunculkan kecuali perbuatan yang baik bagi hamba-hamba-Nya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, dari Imran Ibn Hushain radhiyallahu’anhu: “Rasa malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.” (HR. Bukhari Muslim)
2. Malu yang diupayakan (dengan mempelajari syari’at)Al-Qurthubi berkata, “Malu yang diupayakan inilah yang oleh Allah jadikan bagian dari keimanan. Malu jenis inilah yang dituntut, bukan malu karena watak atau tabiat. Jika seorang hamba dicabut rasa malunya, baik malu karena tabiat atau yang diupayakan, maka dia sudah tidak lagi memiliki pencegah yang dapat menyelamatkannya dari perbuatan jelek dan maksiat, sehingga jadilah dia setan yang terkutuk yang berjalan di muka bumi dalam wujud manusia.”

Hati-Hati terhadap Malu yang Tercela...

Saudariku, ketahuilah bahwa ada malu yang disebut malu tercela, yaitu malu yang menjadikan pelakunya mengabaikan hak-hak Allah Ta’ala sehingga akhirnya dia beribadah kepada Allah dengan kebodohan. Di antara malu yang tercela adalah malu bertanya masalah agama, tidak menunaikan hak-hak secara sempurna, tidak memenuhi hak yang menjadi tanggung jawabnya, termasuk hak kaum muslimin.Nah, saudariku, kini engkau tahu! Meskipun malu adalah tabiat dasar seorang wanita, sifat ini tidak boleh menghalangimu untuk berbuat kebaikan. Berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan sampai engkau menjadi wanita yang paling mulia di sisi Allah! Wallahu a’lam.

Cinta Itu...

cinta itu...banyak orang bilang bahwa cinta itu butuh pengorbanan
bahwa cinta itu butuh pembuktian
cinta itu rasa yang paling unik dalam diri manusia
tidak ada yang tahu kapan cinta itu datang dan kapan cinta itu pergi
bahkan terkadang kita tidak pernah tahu apakah ini yang dinamakan cintasampai kita tersadar saat disebut nama dia
dada kita terasa berdesir tak karuan kita begitu tertarik setiap ada yang menceritakannya begitu bersemangat menceritakan kebaikan2nya
ada rasa cemburu bergejolak saat ada orang lain mencintainya
bahkan patah hati kala cinta bertepuk sebelah tangan

cinta yang seperti ini kurasa saat aku menginjakkan kakiku di SMU
sebetulnya rasa seperti itu sudah ada saat ku masih bau kencur
tapi belum mendalam seperti saat seragam abu2 melekat ditubuhku
ya ...

cinta memang begitu indah
tapi kata seorang teman
kadang cinta itu mengecewakan

tapi aku harus bersyukur
sampai kini tak dikecewakan
bukan karena aku kege-eran
tapi begitulah kenyataannya
dan betul rasa cinta itu butuh pengorbanan

cinta itu memang benar abstrak
bahkan rasa itu semakin kuat
meski tak bersua meski tak berjumpa

aku katakan pada temanku
saat hidayah itu datang
saat aku berkumpul dengan orang2 sholeh dan sholehah itu
cinta itu makin kuat

ingin rasanya menangis karena rindu yang begitu hebat
kukatakan lagi pada temanku itu
bahwa cinta yang ini beda
cinta ini tak pernah mengecewakan

ingin semakin kubesarkan rasa cinta ini
sebesar rasa cinta Ali sampai rela menggantikan menjemput kematian
sebesar rasa cinta Abu Bakar , rela digigit demi yang dicintai tenang
sebesar rasa cinta Mush'ab bin Umair , yang rela memasang badan
agar yang dicintai tak terluka pada perang uhud

saat mush'ab memegang arroya sebagai pemimpin perang
saat alliwa menunggu arroya pulang dengan kemenangan
mushab yang baik , begitu ia dijuluki
rela kedua tangannya terpotong

cinta itu cinta pada engkau ya Rasul Alloh
Kekasih Alloh
teladan tiada tara , pribadi yang luar biasa
guru terbaik sepanjang masa
Muhammad SAW ..

Rabu, 25 Februari 2009

Rahasia di balik sakit.....



Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian merupakan sunatullah dalam kehidupan.
Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa pula pada perkara yang menyenangkannya.
Allah
ta’ala berfirman yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) . Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyaa’: 35). Sahabat Ibnu ‘Abbas -yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir al-Qur’an- menafsirkan ayat ini: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” (Tafsir Ibnu Jarir). Dari ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini, terdapat berbagai rahasia/hikmah yang tidak dapat di nalar oleh akal manusia.

Sakit menjadi kebaikan bagi seorang muslim jika dia bersabar

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya. (HR. Muslim)


Sakit akan menghapuskan dosa

Ketahuilah wahai saudaraku, penyakit merupakan sebab pengampunan atas kesalahan-kesalahan yang pernah engkau lakukan dengan hati, pendengaran, penglihatan, lisan dan dengan seluruh anggota tubuhmu. Terkadang penyakit itu juga merupakan hukuman dari dosa yang pernah dilakukan. Sebagaimana firman Allah ta’ala, “Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan mu).” (QS. asy-Syuura: 30). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya. (HR. Muslim)

Sakit akan Membawa Keselamatan dari api neraka

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,” Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan mengahapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi. (HR. Muslim)

Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang mukmin mencaci maki penyakit yang dideritanya, menggerutu, apalagi sampai berburuk sangka pada Allah dengan musibah sakit yang dideritanya. Bergembiralah wahai saudaraku, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api Neraka.” (HR. Al Bazzar, shohih)

Sakit akan mengingatkan hamba atas kelalaiannya

Wahai saudaraku, sesungguhnya di balik penyakit dan musibah akan mengembalikan seorang hamba yang tadinya jauh dari mengingat Allah agar kembali kepada-Nya. Biasanya seseorang yang dalam keadaan sehat wal ‘afiat suka tenggelam dalam perbuatan maksiat dan mengikuti hawa nafsunya, dia sibuk dengan urusan dunia dan melalaikan Rabb-nya. Oleh karena itu, jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah, dia baru merasakan kelemahan, kehinaan, dan ketidakmampuan di hadapan Rabb-Nya. Dia menjadi ingat atas kelalaiannya selama ini, sehingga ia kembali pada Allah dengan penyesalan dan kepasrahan diri. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS. al-An’am: 42) yaitu supaya mereka mau tunduk kepada-Ku, memurnikan ibadah kepada-Ku, dan hanya mencintai-Ku, bukan mencintai selain-Ku, dengan cara taat dan pasrah kepada-Ku. (Tafsir Ibnu Jarir)

Terdapat hikmah yang banyak di balik berbagai musibah

Wahai saudaraku, ketahuilah di balik cobaan berupa penyakit dan berbagai kesulitan lainnya, sesungguhnya di balik itu semua terdapat hikmah yang sangat banyak. Maka perhatikanlah saudaraku nasehat Ibnul Qoyyim rahimahullah berikut ini: “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah (yang dapat kita gali, -ed). Namun akal kita sangatlah terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia di bawah sinar matahari.” (Lihat Do’a dan Wirid, Yazid bin Abdul Qodir Jawas)

Ingatlah saudaraku, cobaan dan penyakit merupakan tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan.” (HR. Tirmidzi, shohih). Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami keyakinan dan kesabaran yang akan meringankan segala musibah dunia ini. Amin.

Senin, 23 Februari 2009

ayah...ibu....aku merindukan kalian...

segala puji bagi Allah...
yang telah memberikan kemudahan dalam hidup ini...
alhamdulillah...
zaman skrg memang sdh sngt canggih..
pagi tadi dh bicara dgn ibu dan ayah di kampung...
bertanya khabar...

bahagia sngt dah dengar suara mereka...
dengar tawa mereka...
dengarkan nasihat2 dari mereka...
mereka sngt rindukan kami...
kami pun jg sngt merindukan mereka..

hmm...
maafkan ana ayah...
maafkan ana ibu...
ana tak bisa selalu berada dekat dgn kalian...
walaupun ana jauh dari kalian...
do'aku tidak akan pernah lupa menyertai kalian...
dan...
kami hanya bisa menghubungi kalian lewat telephone...

Ya Allah...
aku sangat menyayangi mereka..
jagalah ayah dan ibuku...
ampunilah dosa mereka...
sayangi mereka...
seperti mereka menyayangi aku dari kecil hingga dewasa..

dulu..
sewaktu aku masih kecil..
aku suka sekali memegang tangan ayah..
tangan yang kekar inilah yg membesarkan aku..
tapi..
sekarang tangan itu tak kekar lagi..
tangan itu sdh semakin keriput..
karena usia yang semakin tua...

ayah dan ibuku...
kalian adalah pahlawanku...
begitu banyak pengorbanan kalian untukku...
tak bisa aku membalas semua jasamu...

saudaraku...
sudahkah hari ini kamu berbicara dgn orangtuamu??
sdh kah kamu bertanyakan tentang khabar mereka??

ingatlah..
sebenarnya mereka tak mengaharapkan apa2 dari kita...
mereka hanya ingin kita peduli dengan keadaan mereka..
mereka ingin melihat..
sebesar apa rasa cinta dan kasih kita kepada mereka...

saudaraku...
seandainya kita jauh dari mereka...
sering2lah telpon mereka..
jadilah anak yang berbakti kepada ibu bapak...
insya Allah...

ayah...ibu....
aku merindukanmu....

Jumat, 20 Februari 2009

ghadzul bashor...

bismillah...

Menahan pandangan merupakan salah satu ilmu dari ghadzul bashor, yaitu menahan pandangan dari yang haram-haram. Seperti riwayat Nabi Muhammad, bahwa dulu Nabi Muhammad memalingkan wajah Imam Ali ketika melihat wanita cantik


Ada beberapa cara untuk menahan pandangan:

1. Meningkatkan ketaqwaan. JIka taqwa sudah didalam dada, maka InsyaAllah segalanya jadi mudah. Menahan pandangan adalah perkara yang diperintahkan oleh Allah (QS An Nur 30-31). Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu bahwa ia berkata : Rasulullah bersabda, "Malulah kepada Allah dengan sebenar benarnya." kami berkata, "Wahai Nabi Allah, sesungguhnya kami benar benar merasa malu, alhamdulillah. " Beliau bersabda, 'Bukan itu yang dimaksudkan. Akan tetapi yang disebut dengan malu kepada Allah dengan sebenar benarnya adalah engkau menjaga kepada (mata) dan segala apa yang disaksikannya; menjaga perut dan segala apa yang masuk kedalamnya; dan mengingat kematian beserta siksaan yang akan menimpanya. Barangsiapa yang menginginkan (kehidupan) akhirat, maka tinggalkanlah perhiasan dunia. Dan barangsiapa yang melakukan semua itu berarti ia telah merasa malu.

2. Mengetahui manfaat menahan pandangan dan mudharat tidak menahan pandangan.


Diantara manfaat dari menahan pandangan adalah> Menahan pandangan akan menetramkan hati. ketika seorang hamba menahan pandangannya maka hati akan turut menahan syahwat serta keinginannya seperti firman Allah di surat AnNur 30 :" Katakanlah kepada laki laki yang beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka," Menahan pandangan akan membuat hati bercahaya dan bersinar yang kelak akan terlihat pada mata, wajah dan seluruh tubuhnya. selain itu akan menjernihkan firasat karena firasat itu berasal dari cahaya hati dan buahnya. Jika hati bersinar maka firasatnya akan tajam.

Selain itu, tidak menahan pandangan akan membuat hati gelisah, melunturkan hafalan, menyibukkan hati, mendatangkan kegundahan hati dan kegelisahan. .

3. Memalingkan pandangan jika tidak sengaja memandang. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah "Wahai 'Ali, janganlah engkau ikuti pandangan (pertama) dengan pandangan (berikutnya) . Karena pandangan pertama itu bagimu, sedangkan yang kedua tidak halal bagimu." Shohih Sunan Abi Dawud. Janganlah berlebih lebihan memalingkan pandangan sehingga membuat tersinggung seorang wanita.

4. Menyibukkan diri dengan hal hal yang bermanfaat seperti menuntut ilmu syar'i, menghafal AlQur'an

5. Menikah. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bersabda : Wahai pemuda, barangsiapa diantara kalian yang sudah memiliki ba'ah (kemampuan) hendaknya ia menikah. Sesungguhnya yang demikian itu lebih dapat memelihara pandangan mata dan kemaluan" (HR Bukhari - Muslim)

6. Berdo'a memohon pertolongan kepada Allah dengan ikhlas, mengharap ganjaran hanya dari Allah,

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : Sesungguhnya apabila hati telah merasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya maka tidak ada yang lebih manis, lebih indah, lebih nikmat dan lebih baik darinya..




jaga hati, jaga pandangan...
keep istiqomah..

Minggu, 08 Februari 2009

salam....

maaf teman2...
sdh lama x pernah menulis lg kat blog ni..
sibuk sangat lah...
sibuk belajar nak ikut seleksi penerimaan mahasiswa baru(SPMB)
ujiannya mungkin bulan juni..

mudah2an bs lulus seleksi,,,
tolong doanya yerr..
smoga Allah permudahkan semua urusan kite..

Allah sentiasa bersama dgn kite..
yang penting adalah usaha dan doa,,
selebihnye kite serahkan je dgn Allah...

ukhuwah fillah...


Dapatkan CuteComment di SahabatMusleem.blogspot

Senin, 19 Januari 2009

Qiyamul Lail (Shalat Malam)

Qiyamul Lail (Shalat Malam)
Allah Ta’aala berfirman:
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan diakhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”
(QS. Azd-Dzariyaat: 17-18)

Ayat ini berkaitan dengan sifat orang-orang muhsinin (yang baik).
Ibn ‘Abbas –Radhiallahu ‘Anhuma mengatakan: “Tiadalah berlalu malam atas mereka melainkan pasti mereka mengambil sebagiannya (untuk shalat malam).”
Allah Ta’aala berfirman pula tentang sifat ibadur-Rahman: “ Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka (Shalat malam).”
(QS. Al-Furqan: 64)

Allah Ta’aala berfirman:
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (untuk shalat malam), sedang mereka berdo’a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. As-Sajdah: 16-17)

Tatkala mereka menyembunyikan amal ibadah mereka dan tertutup oleh kegelapan malam maka Allah-pun menyembunyikan pahala bagi mereka.
Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
“Shalat yang paling afdhal setelah shalat wajib adalah shalat malam.”
(HR. Muslim dan lain-lain).

Dalam hadits yang lain disebutkan kepada Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam seseorang yang tidur sepanjang malam sampai subuh lalu beliau –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
“Dia adalah seorang yang kedua telinganya dikencingi Syetan.”
(HR. Bukhari – Muslim)

Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda pula: “Syetan membuat tiga ikatan pada tengkuk salah seorang dari kalian ketika ia tidur. Ia pukulkan pada tiap ikatan itu ucapan “Malam masih panjang, tidur lagi sajalah!” Jika ia bangun dan berzdikir kepada Allah, lepaslah satu ikatan. Jika dilanjutkan dengan berwudhu , terurailah ikatan yang kedua. Dan jika ia shalat, maka lepaslah ikatan yang ketiga. Maka pagi harinyapun ia bersemangat dan baik kondisi jiwanya. Sebaliknya jika tidak, iapun jadi malas dan buruk kondisi jiwanya.”
(HR. Bukhari – Muslim)

Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda pula: “Posisi Rabb (Allah) yang paling dekat dengan hambanya adalah dipenghujung malam, jika anda mampu untuk berzdikir kepada Allah pada saat itu maka lakukanlah.”
(HR. At-Tirmidzi, Ibn Huzaimah dll dengan sanad shahih)

Beliau –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda pula:
“ Rabb (Tuhan) kami yang Maha Suci lagi Maha Tinggi turun kelangit dunia tiap malam ketika tersisa sepertiga malam terakhir seraya berkata: “Siapa berdo’a kepada-Ku pasti Aku kabulkan, siapa meminta kepada-Ku pasti Aku beri dan siapa memohon ampun kepada-Ku pasti Aku ampuni ia.”
(HR. Bukhari – Muslim)

Beliau –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda pula:
“Pintu-pintu langit dibuka pada pertengahan malam lalu penyeru-pun menyeru: “Apakah ada orang berdo’a, pasti dikabulkan do’anya. Apakah ada orang meminta, pasti diberi permintaannya. Dan apakah ada orang yang sumpek (banyak problem), pasti dihilangkan darinya. Maka tidaklah seorang muslimpun yang berdo’a saat itu melainkan pasti Allah mengabulkannya kecuali zaniah (pelacur yang belum bertaubat) dan ‘Asysyaar (Seorang yang mengambil harta manusia dengan cara bathil).”
(Hadits shahih diriwayatkan at-Tabhrani)

Dari aisyah –Radhiallahu ‘Anha berkata: “Bahwasannya Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam shalat malam sampai pecah-pecah (bengkak) kedua kakinya, lalu akupun berkata kepada Beliau: “Mengapa Anda lakukan ini wahai Rasulullah, padahal telah diampuni dosa anda yang lalu dan yang akan datang?” Beliau –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Tidakkah sepatutnya aku menjadi hamba yang bersyukur”.
(HR. Bukhari – Muslim)
Bahwasannya sahabat Abdullah Ibn Mas’ud –Radhiallahu ‘Anhu apabila telah datang malam dan semua mata telah terlelap beliau bangun dan terdengarlah dengungan suaranya seperti dengungan lebah, sampai menjelang subuh.

Al-Hasan al-Bashri –Rahimahullah ditanya: “Mengapa orang-orang yang rajin bertahajjud itu wajah mereka berseri-seri?” beliau menjawab: “Sebab mereka menyendiri bersama ar-Rahman, lalu Dia pakaikan pada mereka seberkas cahaya dari cahaya-Nya.”

Al Hasan –Rahimahullah berujar: “Seseorang melakukan suatu dosa, maka iapun terhalang dari qiyamullail.”
Seseorang bertanya kepada orang shaleh, Aku tidak dapat bangun malam. Tunjukkan padaku obatnya! Orang shaleh itupun menjawab: “Janganlah kamu bermaksiat kepada-Nya (Allah) disiang hari, pasti Dia akan membangunkanmu di Malam hari.”
Sufyan Ats-Tsauri –Rahimahullah bercerita aku benar-benar terhalangi dari qiyamullail selama lima bulan gara-gara satu dosa yang aku lakukan.

Abu Sulaiman –Rahimahullah bertutur: Kelezatan malam yang dirasakan oleh orang yang rajin shalat malam itu lebih besar daripada kelezatan lahwun (perbuatan sia-sia) yang dirasakan oleh ahlinya. Sungguh jika tidak ada malam aku tidak ingin berlama-lama tinggal didunia ini.”

Ibn al-Munkadir –Rahimahullah berujar: “Kelezatan dunia ini tinggal tersisa tiga perkara: qiyamul lail, berjumpa dengan akhwat (teman-teman yang shaleh), dan shalat berjama’ah.”

Selasa, 13 Januari 2009

SAVE PALESTINE....

Bismillaahirrahmaan irrahiim…
Alhamdulillaahi –l Khaaliqil kauni wa maa fiih, wa jaami’in naasi li yaumin laa raiba fiih. Asyahadu an laa ilaaha illallaah, wa anna Muhammadan rasuulullaah… wa ba’d…


Perhatian dunia dalam beberapa hari ini tertuju pada Jalur Gaza. Invasi tentara Yahudi ke Gaza menelan banyak korban terutama wanita dan anak-anak. Korban luka-luka semakin memperbanyak deretan korban meninggal dunia. Dunia pun merespon dengan berbagai macam aksi.
Di antara aksi sebagai bentuk kepedulian atas musibah yang menimpa kaum muslimin di Palestina itu adalah aksi berupa bantuan kemanusiaan. Yang paling menonjol dalam hal bantuan tersebut adalah Saudi Arabia, di bawah pimpinan Raja Abdullah bin Abdul Aziz –ayyadahullah-. Ini bukan klaim tanpa bukti. Sebagai contoh: Program “Donasi Untuk Palestina” digencarkan, walaupun sudah sejak lama dicanangkan. Rumah-rumah sakit ternama di pusat kerajaan Saudi difokuskan untuk menangani korban luka-luka akibat serangan kaum Yahudi tersebut. Bantuan berupa makanan, pakaian dan obat-obatan juga terus mengalir sampai tulisan ini diturunkan. Kalangan ulama pun tidak tinggal diam. Baik perseorangan maupun lembaga/organisasi. Syeikh Abdul Aziz Alu Syeikh dan Syeikh Abdurrahman As Sudais mengecam dengan keras aksi serangan tersebut dalam khutbah jum’at mereka. Mereka dan umumnya para khatib di Saudi tidak lupa mendo’akan kaum muslimin Palestina secara khusus. Lajnah Daa’imah juga mengeluarkan pernyataan dalam menyikapi tragedi di Jalur Gaza tersebut. Dan masih banyak lagi bentuk bantuan baik materi maupun moril/spirit.
Namun ada segelintir orang menutup mata dengan kenyataan ini dan berkomentar, “Saudi Arabia adalah negara yang takut dengan Amerika dan kurang memberikan bantuan yang konkrit kepada kaum muslimin di Palestina.” atau kalimat yang semisalnya.
Terhadap siapa saja yang berkomentar seperti di atas, saya katakan:
Apakah maksud Anda dengan kata ‘konkrit’ bahwa Anda menginginkan agar Pemerintah Saudi mengirimkan tentaranya ke Palestina untuk menghantam pasukan Israel? Baiklah jika memang demikian, apakah Amerika akan tinggal diam? Padahal Allah berfirman (yang artinya), “…dan janganlah kalian menjatuhkan diri-diri kalian dalam kebinasaan…” (Qs. Al Baqarah: 195)
Taruhlah seperti apa yang Anda inginkan bahkan lebih dari itu -semua pemerintah negara muslim mengizinkan rakyatnya untuk berjihad ke palestina dan saya berhusnudzdzan Anda akan ikut serta di dalamnya-, maka Anda akan berjihad di bawah bendera siapa di Palestina? Di bawah bendera HAMAS kah? Atau berspandukkan AL FATH? Atau barangkali di bawah komando Jihad Islami Palestina (JIP)? Atau Anda memimpin laskar jihad yang Anda buat sendiri? Tahukah Anda bahwa jihad bukan hanya perkara mengucapkan dan meneriakkan, “…’Isy kariiman… aw Mut syahiidan…” (Hiduplah dalam kemuliaan atau matilah sebagai syahid)? Namun jihad membutuhkan seorang imam dan tandhim (taktik dan siasat perang). Dan yang lebih penting lagi, apakah Anda yakin bahwa masing-masing front/partai/ hizb itu berperang untuk meninggikan kalimat Laa ilaaha illallaah? Qul Haatu burhaanakum in kuntum shaadiqiin.
Jika Anda mengatakan, “Kaum muslimin harus berada dalam satu barisan dalam menghadapi dan menyikapi Yahudi.”, maka saya tidak berbeda pendapat dengan Anda. Bahkan tidak ada dua orang muslim yang berselisih pendapat tentangnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya (yang artinya): “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Qs. Ash Shaff: 4)
Namun bagaimana Anda bisa mempersatukan barisan kaum muslimin untuk berjihad, sedangkan di tengah-tengah mereka masih banyak kaum muslimin yang menyembah kuburan, menghambakan diri kepada dukun (dengan mematuhi persyaratannya atau menjalankan lelaku walaupun bertentangan dengan syari’at), paranormal (dengan membenarkan berita gaib yang sampai kepadanya), dan tukang pelet? Bagaimana pula halnya kalau kaum muslimin yang terjun di medan jihad, banyak di antara mereka yang memakai jimat, atau membaca mantera-mantera yang telah dirajah oleh mbah-mbah dukun supaya kebal senjata api dan agar tidak terdeteksi oleh radar?!
Bagaimana Anda akan mempersatukan kaum muslimin dalam rangka
jihad, kalau segolongan di antara mereka tidak akan berangkat perang sebelum melakukan thawaf (mengelilingi) kuburan seseorang yang dianggap wali? Atau bagaimana pula jika segolongan yang lain tidak akan berperang kalau yang menjadi imam bukan dari golongannya? Atau bagaimana kaum muslimin akan bersatu padu dalam medan jihad, kalau mereka ketika dikumandangkan seruan azan “Mari mencapai kemenangan…” 2x bermalas-malasan mendatangi masjid (terutama waktu fajr/shubuh) ?
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pondasi segala sesuatu adalah Al Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.” (HR. At Tirmidzi, Hasan Shahih). Al Islam itu sendiri adalah istislam (berserah diri) kepada Allah dengan mentauhidkanNya, dan inqiyaad (patuh) dengan mentaatiNya, dan baraa’ah (berlepas diri) dari kesyirikan dan pelakunya. Berdasarkan hadits ini, kaum muslimin tidak akan berhasil menggapai puncak kejayaan, jikalau pondasi dan tiangnya keropos.
Jika Anda bersikap adil, mengapa Anda hanya menggugat Saudi Arabia? Bukankah negara yang berbatasan dengan Palestina adalah Mesir, Yordania, Libanon serta Syiria? Seharusnya negara-negara tersebut yang paling mudah untuk mengirim pasukan-pasukannya mengepung dan meremukkan artileri dan infanteri Yahudi. Namun pertanyaan politis yang harus Anda jawab terlebih dahulu adalah: Apakah negara-negara Arab yang disebutkan terakhir (sebagai misal saja) politik luar negerinya merupakan politik anti Amerika???
Dalam lingkup yang lebih sempit, idealnya negara-negara Arab seharusnya bersatu dalam menyikapi tragedi berdarah tersebut. Namun, kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. Buktinya salah satu negara yang berbatasan dengan Jalur Gaza menilai Hamas lah yang menyebabkan tragedi berdarah di kota yang berhadapan dengan laut Mediterrania (Al Bahru -l Mutawassith) itu. Sedangkan Saudi Arabia dan beberapa negara arab lainnya menilai Israel telah melakukan sesuatu yang tidak berprikemanusiaan. Lihatlah! Sesama negara Arab berbeda pandangan dan sikap. Dan yang demikian itu bukanlah hal yang baru. Telah terjadi jauh sebelumnya pengkhianatan di kalangan negara Arab dalam menghadapi Israel pada tahun 1967 dalam perang yang dikenal sejarah sebagai Perang Enam Hari. Berbeda halnya dengan yang terjadi pada tahun 1973, di mana bangsa Arab bersatu padu di bawah komando Raja Faisal bin Abdul Aziz –rahimahullah- akhirnya berhasil memukul mundur dan mengusir Israel keluar dari Sainaa’.
Oleh karena itu bersikaplah adil dan bijaksana dalam menilai segala sesuatu. Jangan sembarangan menuduh tanpa bukti dan fakta. Mengapa kita disibukkan dengan menilai dan mensifati orang lain dan lalai menilai diri kita sendiri? Mengapa kita tidak berlomba-lomba melebihi Saudi Arabia dalam membantu korban kedzaliman Yahudi tersebut? Silahkan saja bandingkan antara Saudi Arabia dengan negara mana saja dalam hal donasi untuk Program Peduli Palestina.
Akhirnya, mari kita mendo’akan kaum muslimin yang muwahhid yang menjadi korban kedzaliman tentara Yahudi di Jalur Gaza khususnya, dan Palestina umumnya, agar mendapatkan syahadah fii sabiilillah dan semoga kita dikumpulkan bersama para Nabi, shiddiiqiin, para syuhada’ dan orang-orang shalih.


Washallallaahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad, wa aakhiru da’waanaa anil hamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.